Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” 2 Korintus 4:16-17 Tawar hati justru akan membuat kita semakin lemah dan membuat hidup kita tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalani masalah yang ada. Kita membutuhkan pengharapan kepada Yesus untuk tetap dapat kuat menghadapi masalah yang ada. Jangan biarkan rasa tawar hati itu datang atau bahkan berlarut-larut melingkupi hidup kita. Cari wajah Yesus, maka Dia akan memberikan pengharapan dan kekuatan baru bagi kita untuk menjalani langkah hidup kita. Amin.Rabu, 29 Maret 2017
JANGAN TAWAR HATI
“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.”
“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.” Amsal 24:10
Ketika kita sudah percaya kepada Yesus dan mengakuiNya sebagai Tuhan dan juruselamat hidupnya, ini bukan berarti bahwa kita tidak akan menghadapi masalah. Bukan berarti juga bahwa kita bebas dari masalah dan kita akan langsung diberkati secara berkelimpahan baik dalam keluarga, pekerjaan, bisnis, usaha, pendidikan, di lingkungan dan lainnya.
Justru pada saat kita memutuskan mengikut Yesus, iblis akan berusaha untuk menarik kita kembali agar jatuh ke dalam dosa, karena dia tidak suka dengan keputusan yang kita ambil.
Berbagai masalah juga tetap akan datang menerpa kehidupan kita tanpa habis-habisnya selama kita masih bernafas.
Seringkali juga kita menyerah atas persoalan yang sedang menimpa kita. Kita berharap bahwa Tuhan segera menolong dan memberi jalan keluar atas masalah yang kita hadapi. Pada kenyataannya jawaban Tuhan tidak datang juga, sehingga kita menjadi tawar hati. Kita tidak tahu bahwa Tuhan sedang menguji dan memproses hidup kita agar kita dapat benar-benar percaya dan berserah kepada Tuhan dengan segenap hati kita.
Rasa tawar hati sering diikuti dengan perasaan kecewa dengan kondisi hidup kita dan bahkan ada juga yang kecewa kepada Tuhan, hingga tidak pergi lagi ke gereja.Kondisi ini akan membuat kita semakin lemah dan tidak mempunyai kekuatan untuk dapat melangkah maju menghadapi masalah yang ada.
“
KENAPA KITA HARUS BERDOA
Mengapa berdoa? Apa gunanya berdoa jika Tuhan mengetahui masa depan dan mengontrol segala sesuatu?
Pertanyaan: Mengapa berdoa? Apa gunanya berdoa jika Tuhan mengetahui masa depan dan mengontrol segala sesuatu?
Jawaban: Mengapa berdoa? Mengapa berdoa kalau Allah sudah secara sempurna menguasai segala sesuatu? Mengapa berdoa kalau Allah telah mengetahui apa yang akan kita minta sebelum kita memintanya?
(1) Doa itu wujud pelayanan kepada Allah (Lukas 2:36-38). Kita berdoa karena Allah memerintahkan kita untuk berdoa (Filipi 4:6-7).
(2) Yesus dan Gereja mula-mula memberikan kita contoh doa (Markus 1:35; Kisah Rasul 1:14; 2:42; 3:1; 4:23-32; 6:4; 13:1-3). Jika Yesus memandang diriNya perlu untuk berdoa, maka kita juga perlu.
(3) Allah menghendaki doa menjadi sarana untuk memperoleh jalan keluar dalam berbagai situasi:
a. Mempersiapkan keputusan-keputusan besar (Lukas 6:12-13)
b. Mengatasi halangan kuasa kegelapan dalam hidup (Matius 17:14-21)
c. Meminta pengerja-pengerja untuk tuaian rohani (Lukas 10:2)
d. Mendapatkan kekuatan untuk mengatasi pencobaan (Matius 26:41)
e. Cara untuk menguatkan orang lain secara rohani (Efesus 6:18-19)
(4) Kita memiliki janji Allah bahwa doa kita tidak akan sia-sia bahkan jika kita tidak mendapatkan apa yang secara khusus kita minta (Matius 6:6; Roma 8:26-27).
(5) Dia berjanji bahwa jika kita meminta hal-hal yang sesuai dengan kehendakNya, Dia akan memberi apa yang kita minta (1 Yohanes 5:14-15).
Kadang-kadang Dia menunda jawabanNya sesuai dengan hikmatNya, terutama untuk kebaikan kita. Dalam situasi-situasi ini, kita perlu dengan rajin dan bertekun dalam doa (Matius7:7; Lukas 18:1-8).
Doa tidak boleh dipandang sebagai cara memaksa Allah melakukan kemauan kita dalam dunia, tapi sebagai cara menggenapi kehendak Allah di atas bumi ini. Hikmat Allah jauh melampaui hikmat manusia.
Dalam situasi-situasi di mana kita tidak tahu secara persis apa kehendak Tuhan, doa merupakan cara menemukan kehendak Tuhan.
Jika Petrus tidak meminta Yesus memanggil dia keluar dari perahu ke atas air, dia pasti sudah kehilangan kesempatan itu (Matius 14:28-29). Jika wanita Siro-Fenisia yang putrinya diganggu setan tidak berdoa kepada Kristus, putrinya tidak akan sembuh (Markus 7:26-30). Jika orang buta di luar kota Yerikho tidak berseru kepada Kristus, dia akan tetap buta (Lukas 18:35-43).
Allah telah mengatakan bahwa kita sering tidak memperoleh sesuatu karena kita tidak meminta (Yakobus 4:2). Dalam pengertian tertentu, doa itu seperti membagikan Injil dengan orang-orang lain. Kita tidak tahu siapa yang akan meresponi berita Injil sampai kita mulai membagikannya. Demikian pula dengan doa. Kita tidak akan pernah melihat hasil doa, sampai kita berdoa.
Tidak berdoa sama saja menyatakan tidak adanya iman dan tidak adanya kepercayaan kepada Firman Tuhan.
Kita berdoa untuk menyatakan iman kita kepada Allah, bahwa Dia akan melakukan apa yang telah dijanjikanNya dalam FirmanNya, dan akan memberkati hidup kita dengan berlimpah lebih dari apa yang dapat kita minta atau harapkan (Efesus 3:20).
Doa itu sarana utama untuk melihat Allah bekerja dalam hidup orang-orang lain. Karena doa merupakan cara kita “terkoneksi” dengan kuasa Allah; cara kita untuk mengalahkan musuh dan pasukannya (Iblis dan tentara-tentaranya) yang jika mengandalkan diri sendiri pasti tidak akan berdaya.
Karena itu kiranya Allah kerap kali menemukan kita di hadapan tahtaNya, sebab kita memiliki Imam Besar di surga yang dapat memahami segala yang kita alami (Ibrani 4:15-16).
Kita memiliki janji bahwa doa orang benar apabila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16-18). Kiranya Allah memuliakan namaNya dalam hidup kita, saat kita percaya dan sering datang kepadanya di dalam doa.
Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia
Mengapa berdoa? Apa gunanya berdoa jika Tuhan mengetahui masa depan dan mengontrol segala sesuatu?
Selasa, 21 Maret 2017
Berserah bukan menyerah
Berserah bukan Menyerah
Segala sesuatu Tuhan yang punya dan segala sesuatu terjadi hanya dengan seijinNya. Percayakah anda akan hal ini? Banyak orang percaya tetapi mereka tidak atau belum bisa berserserah kepada Tuhan. Berserah bukanlah Menyerah. Yang Tuhan kehendaki adalah Berserah, bukan Menyerah. Kalau anda berserah Tuhan berkarya dan anda akan lihat sesuatu yang besar sedang terjadi karena Turut Campur Tangan Tuhan
Saya mengenal seorang wanita yang berdoa dan percaya untuk suaminya bisa datang ke gereja bersamanya. Hal ini berlangsung dari tahun ke tahun, dia sangat bertekad dan bersemangat. Dia melakukan segalanya yang dia bisa. Dia meletakkan ayat firman Tuhan di seluruh rumahnya. Dia akan meninggalkan Alkitabnya terbuka berharap suaminya bisa tertarik untuk membacanya.
Dia selalu mendorong suaminya untuk datang. Terlepas dari semua yang sudah dilakukan wanita ini, suaminya tetap tidak bergeming.
Setelah satu tahun atau lebih, hal ini mulai membuat wanita ini frustasi. Hal ini mulai membuat dia putus asa. Dia kehilangan sukacitanya. Dia tidak memiliki antusiasme seperti dulu. Dia berdoa bulan demi bulan dengan penuh putus asa dan kecewa mengatakan, “Joel, saya tidak tahu apa lagi yang bisa saya lakukan.”
Suatu hari saya mengatakan padanya bahwa hal terbaik yang bisa dia lakukan adalah melepaskan seluruh masalahnya, dan menyerahkannya kepada Tuhan. Saya berkata, “Anda sudah melakukan semua yang dapat Anda lakukan, Anda telah berdoa… Anda sudah percaya. Sekarang letakkan semua di atas mezbah. Ambil sikap ini, Jika dia tidak pernah akan datang ke gereja pun, Tuhan, saya masih akan bahagia. Jika dia tidak pernah berubah, Tuhan, saya masih akan mempercayai Engkau sepenuhnya.."
Mungkin saat ini Anda memiliki beberapa hal yang perlu Anda serahkan kepada Tuhan. Apakah ada orang-orang yang membuat Anda frustasi karena mereka tidak berubah? Cukup berkata, “Tuhan, saya sudah melakukan semua yang bisa saya lakukan. Saya tidak akan menjalani hidup saya dengan marah lagi, saya tahu hanya Tuhan yang dapat mengubah orang, jadi saya akan kembali ke tempat perdamaian. Dan Tuhan, jika ini tidak pernah berhasil, saya meletakkannya di atas mezbah. Saya serahkan kepada-Mu.”
Ada kebebasan ketika Anda menyerahkannya. Saya tidak mengatakan untuk melepaskan impian Anda dan menyerah pada janji-janji Anda. Tidak, lepaskan frustrasi. Lepaskan kekhawatiran dan kembali ke tempat perdamaian mengetahui bahwa Tuhan memegang kendali penuh. Itulah yang wanita ini lakukan.
Dia menyerahkannya pada Tuhan, dan dia menjadi orang yang berbeda. Saya melihat dia minggu demi minggu dengan senyum lebar di wajahnya. Dia tidak marah atau frustasi lagi. Dia menikmati hidupnya dan mempercayai Allah. Lalu sekitar dua tahun kemudian pada pagi hari Minggu itu, tiba-tiba, suaminya berkata, “Aku ingin pergi ke gereja dengan kamu hari ini.”
Wanita ini hampir pingsan! Ini benar-benar gagasan dari suaminya sendiri.
Dia datang pada hari Minggu itu, dan mereka telah datang bersama-sama sejak saat itu. Itu sudah lebih dari empat tahun yang lalu, dan sekarang mereka berdua hampir tidak pernah melewatkan setiap ibadah gereja.
Teman, ketika Anda melepaskan, hal itu memungkinkan Tuhan untuk bekerja dengan cara yang ajaib dan menakjubkan.
Saya suka apa yang Daud katakan dalam Mazmur 31, “Ke dalam tangan-Mu kuserahkan diriku..” (BIS)
Ini memberitahu bahwa kita tidak harus frustasi untuk membuat sesuatu terjadi. Kita tidak perlu khawatir bahwa mimpi yang Tuhan berikan tidak akan bisa terjadi. Kita dapat tinggal dalam damai mengetahui bahwa masa depan kita berada di dalam genggaman tangan kasihNya.
SUKACITA DI PAGI HARI
Sukacita Datang di Pagi hari
"... sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak sorai." (Mazmur 30 : 5b)
Alkitab mengatakan dalam Mazmur bahwa sukacita datang di pagi hari. Ketika Anda bangun setiap pagi, Allah mengirim paket khusus sukacita. Datang mengetuk di depan pintu Anda. Ketika Anda bangun dalam iman dan membuat pernyataan bahwa "ini akan menjadi hari yang baik," - kau tahu apa yang baru saja Anda lakukan?- dengan pernyataan tersebut sesungguhnya Anda telah membuka pintu bagi sukacita yang akan menghampiri anda. Anda baru saja menerima karunia sukacita yang Allah kirimkan kepada Anda. Masalahnya adalah bahwa beberapa orang tidak pernah membukakan pintu.
Sukacita telah mengetuk selama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan berkata, "Ayo Biarkan aku masuk!! Anda bisa bahagia! Anda dapat ceria! Anda dapat menikmati hidup Anda!" Tapi kenyataannya orang-orang tersebut tidak mau membukakan pintu...
Aku tidak tahu tentang Anda, tapi aku memutuskan bahwa aku akan membuka pintu untuk kegembiraan/sukacita. Aku akan bangun setiap pagi dan berkata, "Bapa, terima kasih atas hari yang indah bagiku. Aku akan bahagia, Aku akan menikmati hari ini. Aku akan mencerahkan kehidupan orang lain. Aku memilih untuk menerima hadiah sukacita yang dari pada-MU, hari ini! "
Doa untuk hari ini :
Bapa Surgawi, terima kasih atas sukacita. Terima kasih untuk perdamaian. Terima kasih telah berjalan bersama saya melalui masa-masa sulit. Mulai hari ini saya memilih untuk selalu membuka pintu untuk kegembiraan setiap pagi , sehingga saya dapat berjalan dalam kekuatan Tuhan yang telah Engkau berikan kepada saya. Dalam Nama Yesus '. Amin.
PERCAYA DAN PENGAKUAN BERJALANAN BERIRINGAN
PERCAYA DAN PENGAKUAN: Berjalan Beriringan
Baca: Roma 10:8-15
"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." Roma 10:9
Tidak banyak orang Kristen mengetahui rahasia bahwa percaya dan pengakuan adalah dua hal yang tak terpisahkan dan berperan penting dalam kehidupan kekristenan. Ketika kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, percaya kepada firman-Nya, maka dibutuhkan pula sebuah pengakuan yang benar melalui mulut kita. Pengakuan yang benar itulah buah dari iman yang hidup. Hal itu menunjukkan bahwa hati dan mulut memiliki fungsi masing-masing dalam keselamatan kita. Dengan hati kita percaya, tetapi dengan mulut kita pun harus mengaku, dan keduanya harus berjalan secara beriringan, sebab percaya dalam hati saja tidaklah cukup, harus dibuktikan dengan pengakuan melalui mulut kita. Jadi, apa yang kita percayai harus sejalan dengan yang kita akui dengan mulut kita. Percaya kita dan pengakuan kita, itulah yang akan memerintah hidup kita dan menuntun kita kepada keselamatan, kesembuhan, kelepasan dan segala berkat Tuhan kepada kita.
Ketika kita berkata bahwa kita sedang kuatir, maka pada saat kita berkata demikian, seketika itu timbul kekuatiran di dalam hati kita. Ketika kita berkata bahwa kita takut terhadap suatu hal, maka pada saat kita mengatakan itu, kekuatiran sedang merayap di dalam hati kita. "...engkau terjerat dalam perkataan mulutmu, tertangkap dalam perkataan mulutmu," (Amsal 6:2). Ayub berkata, "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." (Ayub 3:25-26). Penting sekali untuk menetapkan: apa yang kita percaya dan apa yang kita katakan. "'Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.' Itulah firman iman, yang kami beritakan." (Roma 10:8).
Karena itu percayalah kepada Tuhan Yesus yang telah menyampaikan janji firman-Nya dan senantiasalah memperkatakan firman Tuhan sebagai wujud pengakuan kita, supaya kuasa firman-Nya bekerja dan berlaku dalam hidup kita!
"'Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata', maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata." 2 Korintus 4:13
PERKATAAN TUHAN ITU BERKUASA
FIRMAN TUHAN: Perkataan Tuhan Berkuasa
Baca: Yesaya 45:20-25
"Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali:" Yesaya 45:23
Alkitab bukanlah buku biasa yang bisa disamakan dengan buku-buku ilmu pengetahuan karya ahli-ahli ternama di dunia, atau sekedar buku bacaan rohani yang bisa dibaca sewaktu-waktu kala seseorang sedang suntuk dan butuh hiburan. Alkitab adalah sabda atau firman Tuhan yang hidup dan berkuasa, Tuhan sendiri yang berfirman kepada manusia. Bahkan alam semesta dan seluruh isinya ini sudah diciptakan oleh firman Tuhan (baca Kejadian 1:1-15). Jadi, "...alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat." (Ibrani 11:3).
Kalau kita membaca Alkitab artinya kita sedang mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita. Perkataan Tuhan itu mempunyai kuasa untuk mencipta, melepaskan, menyembuhkan, menghiburkan dan menyelamatkan. Firman itu adalah Tuhan Yesus sendiri, Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya seperti tertulis: "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran." (Yohanes 1:1-3, 14).
Banyak orang Kristen mengakui kebenaran Alkitab sebagai firman Tuhan yang hidup dan berkuasa, tetapi mereka seringkali memperlakukan Alkitab secara tidak wajar: membuka dan membaca Alkitab jika sedang luang saja, atau memperlakukan Alkitab secara istimewa hanya saat beribadah di gereja saja. Ketika sedang dihadapkan pada masalah atau kesulitan hidup mereka merasa sangsi terhadap kuasa firman Tuhan, dan lebih mempercayai omongan orang atau pendapat manusia, lebih menuruti nasihat orang fasik daripada mengikuti petunjuk firman Tuhan. "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Matius 24:35).
Milikilah komitmen seperti pemazmur: "Bagianku ialah TUHAN, aku telah berjanji untuk berpegang pada firman-firman-Mu." Mazmur 119:57
Jumat, 17 Maret 2017
Kalau tidak mau kerja janganlah ia makan
Pandangan Alkitab dan Sikap KIta Terhadap Kerja
1. Bekerja adalah perintah Tuhan
Ada orang yang berkata, " Seandainya Adam dan Hawa tidak jatuh kedalam dosa, maka kita tidak akan capek untuk bekerja seperti sekarang ini ". Ini merupakan pemahaman yang salah dan merupakan keinginan dari orang-orang yang malas bekerja. Sebenarnya perintah untuk bekerja sudah diberikan Tuhan sebelum manusia itu jatuh ke dalam dosa ( Kej 1:28 ; 2:15 ,19 ), kejatuhan manusia ke dalam dosa hanya menambah usaha di dalam bekerja menjadi lebih berat ( Kej 3:17-19 ).
: " Tuhan Allah menempatkan manusia di taman Eden untuk mengusahakan / menemani dan menjaga / memeliharanya ".
Untuk saat itu, pekerjaan yang dilakukan oleh Adam dan Hawa adalah mengurus taman Eden beserta isinya. Tetapi untuk sekarang ini, ayat ini harus dipahami secara lebih luas di mana kita harus mengerjakan dengan penuh tanggung jawab pekerjaan atau pun tugas kita sehari-hari, demi kelangsungan dan keseimbangan hidup.
2. Siapa yang tidak mau bekerja jangan lah ia makan
Kepada jemaat di Tesalonika Paulus menasehatkan , " ... jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan ". Meskipun sebagai hamba Tuhan, Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya berhak menerima sokongan dari jemaat yang mereka layani, tetapi ia memberikan teladan dengan bekerja sendiri sebagai tukang tenda, untuk memenuhi kebutuhannya dan juga kebutuhan teman-temannya ( Kis 18:3 ). Hal ini ia lakukan agar tidak membebani siapa pun, selain itu ia juga ingin mengajarkan kepada jemaat bahwa mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka dan tidak hanya mengharapkan berkat melalui jerih payah orang lain yang artinya menjadi beban bagi orang lain.
Di dalam keluarga, kita dapat menanamkan prinsip ini dengan memberikan tugas atau tanggung jawab yang harus dikerjakan oleh setiap anggota keluarga. Dengan demikian, mereka akan belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu, mereka harus bekerja.
3. Orang yang rajin bekerja akan diberkati
Ams 10:4 berkata, " Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya ". Benar bahwa Tuhan empunya segala-galanya dan kita bisa meminta di dalam doa agar Ia memberkati kita. Tetapi Alkitab tidak pernah mengajar kita untuk menjadi orang-orang yang malas. Bahkan, Alkitab menentang sifat malas ( Ams 6:6-11 ). yang Alkitab ajarkan adalah " orang yang rajin akan diberkati ". Di masyarakat kita tidak jarang terjadi kecemburuan sosial terhadap orang-orang kaya. Kecemburuan ini berujung pada pengrusakan, perampokan bahkan penganiayaan terhadap orang kaya. Pernahkah kita mencari tahu bagaimana mereka memperoleh kekayaan itu ? Di dalam satu hari berapa jam mereka korbankan untuk bekerja ? Mungkin ketika kita masih tidur lelap, mereka sudah mulai bekerja. Yang seharusnya kita lakukan adalah bekerja lebih rajin, maka Tuhan akan memberkati kita.
Beberapa orang salah di dalam memahami arti " hidup dengan iman ". Mereka berpikir bahwa mereka tidak perlu lagi bekerja dan cukup berdoa saja maka Tuhan akan menurunkan berkatNya. Jika anda mampu untuk bekerja, bekerjalah dan percayalah bahwa Tuhan akan memberkati apa yang anda kerjakan.
Ams 12:24 berkata, " Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa ".
4. Buanglah mental pengemis
Yang dimaksud dengan mental pengemis adalah mental yang suka meminta-minta. Orang yang memiliki mental pengemis hanya bisa meminta serta mengharapkan belas kasihan orang lain, tetapi ia sendiri tidak mau bekerja. Akar dari mental pengemis ini tidak lain adalah kemalasan. Ada orang yang ingin mendapatkan uang atau barang yang ia inginkan, tetapi malas bekerja, malas berusaha. Ia memilih cara yang lebih gampang, yaitu meminta-minta. Hamba Tuhan pun tidak sedikit yang memiliki mental pengemis dengan meminta ke sana-sini. Janganlah kita merusak citra diri dan pelayanan kita dengan membiasakan diri menjadi peminta-minta. Firman Tuhan mengingatkan agar kita bekerja, sehingga dengan demikian memakan makanan kita sendiri ( II Tes 3:12 ).
Lihatlah bagaimana Paulus memberikan teladan hidup yang baik sebagai hamba Tuhan, dengan bekerja sendiri memenuhi kebutuhannya dan rekan-rekan sepelayanannya. Bahkan, ia bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhannya tetapi juga dengan maksud agar bisa membantu orang-orang yang lemah ( Kis 20:35 ). Sedapat mungkin bekerja dan berusahalah, jangan hanya mengharapkan belas kasihan orang lain. Paulus mengajarkan bahwa kita bekerja bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri, tetapi agar kita juga bisa memberi kepada orang lain.
" ... tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan ". ( Ef 4:28 ).
5. Bekerjalah seperti untuk Tuhan
Standar moral tertinggi di dalam bekerja adalah bekerja seperti untuk Tuhan. Orang yang menyadari bahwa melalui pekerjaannya setiap hari ia sedang bekerja untuk Tuhan dan melayaniNya, maka ia akan mengerjakan pekerjaannya itu dengan segenap hati. Jika kita bekerja sebagai karyawan, dalam sehari waktu yang kita gunakan untuk bekerja ada sekitar 8 jam. Ini artinya, dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00, kita menghabiskan sekitar 67 % waktu kita untuk bekerja. Dalam waktu kerja yang cukup panjang itu, bagaimanakah sikap kita di dalam bekerja ? Adakah kita menganggap seluruh aspek kehidupan kita sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan, sehingga dengan begitu kita akan bekerja dengan segenap hati.
Berikut ini adalah beberapa sikap yang harus kita kembangkan sebagai pekerja-pekerja yang taat kepada Tuhan dan yang menyadari bahwa kita bekerja bagiNya.
A. Bekerja dengan jujur
Bekerjalah sesuai aturan yang ada, jangan curang dengan mencuri jam kerja untuk mengerjakan pekerjaan pribadi, jangan malas-malasan atau berpura-pura sakit, jangan " makan tulang " dengan menyuruh orang lain mengerjakan pekerjaan anda, sementara anda bersantai-santai. Majikan ataupun pimpinan mungkin tidak tahu ketidakjujuran ini, tetapi ingat bahwa Tuhan selalu mengawasi kita dan Ia akan memperhitungkan semuanya.
Ef 6:5-7 berkata, " Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia ".
B. Bekerja dengan penuh tanggung jawab
Bekerja dengan penuh tanggung jawab adalah mengerjakan dengan sebaik-baiknya tugas dan tanggung jawab kita. Tidak bekerja asal bekerja atau supaya kelihatan bekerja. Sara Bradley mengatakan bahwa cara dan sikap seseorang terhadap pekerjaan akan mencerminkan nilai diri orang tersebut dan tanggung jawabnya terhadap kehidupannya. Apakah anda seorang karyawan yang bekerja untuk orang lain atau anda bekerja sendiri, kerjakanlah dengan sebaik-baiknya hingga tuntas dan mendatangkan hasil memuaskan. Janganlah pekerjaan anda akhirnya menyusahkan orang lain karena anda tidak bertanggung jawab di dalam mengerjakannya.
C. Bekerja tanpa bersungut-sungut
Orang yang mengerjakan sesuatu dengan bersungut-sungut dan mengomel, menandakan bahwa ia melakukan itu dengan terpaksa. Dan ketika seseorang mengerjakan sesuatu dengan terpaksa dan tidak dengan hati yang tulus, maka dapat dipastikan bahwa hasil kerjanya tidak akan memuaskan. Ingat bahwa kerja adalah ibadah.
Itu sebabnya, " Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan ". ( Flp 2:14 ).
Tuhan sangat peduli terhadap orang-orang yang setia dan terhadap mereka yang taat. Ketika kita bekerja dengan jujur, penuh tanggung jawab dan tanpa bersungut-sungut, Tuhan memperhitungkan semua itu dan akan memberikan upah yang pantas dan mungkin tidak pernah terpikirkan oleh akal kita. Bahkan Tuhan tidak pernah mau berhutang kepada kita. Jadi, apa pun yang kita kerjakan, kerjakanlah dengan segenap hati.
Kamis, 16 Maret 2017
Bahan khotbah ibadah minggu GKII Longlees tanggal 19 maret 2017
7 ALASAN MENGAPA DOA PENTING BAGI ORANG KRISTEN
telah dibaca: 1.073
Doa adalah sesuatu yang sangat penting bagi hidup orang percaya. Itulah sebabnya mengapa kita perlu berdoa. Jika doa itu tidak penting maka tentu kita tidak perlu berdoa.
Tetapi mengapa doa itu penting bagi orang percaya? Paling tidak ada 7 alasan yang bisa diberikan untuk menjawab pertanyaan ini. Di sini akan dibahas mengapa doa itu penting bagi kita orang Kristen, sehingga kita perlu untuk berdoa.
1.Doa Membuat Hati Dan Pikiran Kita Tenang
Alasan pertama mengapa doa itu penting bagi orang Kristen adalah
Karena doa dapat memberikan kita ketenteraman batin, ketenangan hati dan pikiran.
Ketika kita menghadapi masalah hidup, sering kali kita menjadi begitu khawatir dan tertekan. Kita khawatir dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup kita.
Terlebih lagi jika itu adalah masalah yang sulit bagi kita. Pada saat itulah doa memberikan kesejukan bagi jiwa kita.
Ketika kita datang kepada Bapa dalam doa, menyerahkan semuanya ke dalam tangan pengasihanNya, maka hati dan pikiran kita akan menjadi tenang. Sebab damai-sejahtera yang dari Allah itu, yang tidak bisa kita pikirkan sebagai manusia, akan menyejukkan hati dan pikiran kita.
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Fliipi 4:6-7).
Berdoa bukan hanya agar kita mendapatkan apa yang kita minta, tetapi juga agar kita mendapat ketenteraman hati dan pikiran, sementara kita belum mendapat apa yang kita minta.
Semakin kita sering berdoa, semakin tenanglah hati dan pikiran kita, sehingga kita tidak cepat panik, takut dan khawatir ketika masalah-masalah hidup ini datang menimpa kita. Sebab damai-sejahtera yang dari Allah itulah (bukan dari dunia ini, seperti mengunjungi tempat-tempat hiburan malam, mengkonsumsi narkoba, dan hal-hal lain yang dibenci Tuhan) yang akan menjadi penghiburan bagi kita.
2. Doa Adalah Saluran Berkat-Berkat Tuhan Dalam Hidup Kita
Alasan lain mengapa doa itu penting bagi orang Kristen adalah karena doa merupakan saluran kasih, berkat dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita. Kita akan mendapatkan berkat, kebaikan dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita, jika kita datang kepadaNya melalui doa kita.
“Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” (Yakobus 4:2)
Allah telah menyediakan bagi kita anak-anakNya sebuah “saluran” untuk menerima segala sesuatu yang baik dariNya. Dan saluran itu adalah doa. Dan melalui doalah kita bisa mendapatkan kasih, berkat, rahmat dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita.
Oleh karena itu doa begitu penting dalam hidup orang percaya. Jika kita tidak berdoa maka kita tidak akan mendapatkan berkat dan kebaikan Allah tersebut. Dan seringkali orang Kristen tidak mendapat pertolongan dan berkat-berkat Allah dalam hidup mereka dikarenakan tidak berdoa.
3. Doa Membuat Iman Kita Semakin Kuat
Alasan lain mengapa doa penting adalah karena doa dapat menumbuhkan iman kita. Doa membuat kita mendapat kekuatan baru dari Tuhan.
Dalam Yesaya 40:31 dikatakan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan dalam doa, akan mendapat kekuatan baru dariNya.
Mereka akan seperti burung rajawali yang naik terbang tinggi dengan kekuatan sayapnya (ketika menghadapi badai). Berlari pun mereka tidak akan lesu dan berjalan tidak akan lelah, sebab mereka mendapat energi baru dari kuasa Tuhan dalam doa-doa mereka.
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
Ketika kita menanti-nantikan Tuhan dalam hidup kita, yang antara lain dapat kita lakukan ketika kita berdoa, kita ibarat sebuah baterai yang dicas ke sumber listrik untuk mendapatkan energi baru.
Ketika baterai telah “bekerja” beberapa lama, ia akan makin kehabisan tenaga/daya sampai akhirnya redup dan mati. Supaya dia dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya, ia harus mendapat “kekuatan baru” dari sumber listrik, ia harus dicas.
Demikian juga dengan kita. Agar kuat menjalani hidup ini dengan berbagai masalahnya, kita butuh kekuatan baru dari sumber “listrik” kita, yaitu Tuhan. Kita menjadi “lemah”, bahkan “mati”. Karena itu kita butuh untuk “dicas” melalui doa agar kuat lagi dalam menjalani hidup ini.
Dan karena kita terus-menerus kehabisan “energi” oleh berbagai masalah hidup, maka kita pun harus terus-menerus menanti-nantikan Tuhan dalam doa, “dicas”, agar “energi” kita tetap penuh.
4. Doa Membuat Kita Terhindar Dari Pencobaan
Alasan lain mengapa kita perlu untuk berdoa adalah karena doa itu membuat kita terhindar dari pencobaan dan dosa.
Tuhan Yesus menegur murid-muridNya di taman Getsemani ketika mereka tertidur di saat mereka seharusnya berdoa. Untuk itu, Ia memerintahkan mereka untuk berdoa.
“Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut tetapi daging lemah.” (Matius 26:41).
Jika kita lalai dalam berdoa, kita bisa jatuh ke dalam dosa dan pencobaan. Itulah sebabnya kita perlu berdoa dan berjaga-jaga secara rohani.
Seperti dikatakan Tuhan Yesus dalam kutipan ayat di atas, memang pada dasarnya roh kita penurut, tetapi daging kita lemah, sehingga kita mudah dibawanya jatuh dalam dosa dan pencobaan. Melalui doa kita bisa mengalahkan kedagingan kita yang cenderung untuk berbuat dosa.
Semakin jarang kita berdoa semakin mudah kita jatuh ke dalam pencobaan. Sebaliknya, semakin sering kita berdoa, semakin kecil kemungkinannya kita untuk jatuh ke dalam pencobaan dan dosa. Alasannya adalah karena doa membuat kita berjaga-jaga secara rohani.
Seperti orang yang selalu berjaga-jaga secara jasmani tidak akan kecolongan oleh pencuri, demikian juga orang yang berjaga-jaga secara rohani dalam doa tidak akan kecolongan oleh pencobaan atau godaan iblis dan dosa.
Oleh karena itu, supaya kita bisa terhindar dari pencobaan iblis, maka kita harus selalu waspada dalam doa kita. Iblis tidak akan pernah berdiam diri untuk mencobai orang-orang percaya, tanpa terkecuali. Bahkan mereka yang lebih “rohani” justru biasanya menjadi sasaran utama iblis.
5. Doa Membuat Kita Mengerti Kehendak Tuhan
Doa membuat kita mengerti kehendak Tuhan. Melalui doa kita bisa semakin peka akan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Itulah sebabnya berdoa menjadi penting bagi kita.
Seringkali kita dalam menjalani hidup ini bingung, tidak menentu arahnya. Kita tidak tahu apa yang akan kita lakukan, terutama ketika kita diperhadapkan pada sebuah pilihan. Pada saat seperti inilah kita butuh mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Tentu kehendak Tuhan secara umum sudah ada di Alkitab, seperti: menolong orang lain, menjauhi dosa, memberitakan Injil, berdoa, dan sebagainya. Itu semua adalah kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya, dan kita tidak perlu lagi mempertanyakan hal itu.
Tetapi kehendak Tuhan secara khusus bagi kita masing-masing, terlebih lagi dalam situasi tertentu, tidak ada di Alkitab, seperti: pekerjaan atau usaha apa yang akan kita jalankan, jurusan apa yang harus kita ambil di sekolah atau universitas, apakah kita melayani Tuhan sepenuh waktu atau tidak, dan sebagainya. Itu semua tidak ada di Alkitab, dan itu berbeda bagi masing-masing orang.
Oleh karena itu, kita harus tahu apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita.
Hal ini terutama dapat kita lakukan melalui doa dengan meminta petunjuk kepada Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang di Alkitab.
Misalnya Daud, yang meminta petunjuk kepada Tuhan ketika orang Filistin datang menyerbu, dan mendapat jawaban Tuhan.
“Ketika orang Filistin itu datang dan mengadakan penyerbuan di lembah Refaim, bertanyalah Daud kepada Allah: Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu dan akan Kau serahkankah mereka ke dalam tanganku? TUHAN menjawab: Majulah, Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tanganmu.” (1 Tawarikh 14: 9-10).
Memang, Tuhan tidak harus berbicara secara langsung kepada kita dalam memberikan petunjukNya, seperti Ia berbicara secara langsung kepada Daud dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya. Kita juga tidak harus meminta tanda harfiah kepadaNya dan menjawab kita dengan tanda tertentu seperti yang sering terjadi di Alkitab (Hakim-Hakim 6:36-40).
Namun ketika kita memohon petunjukNya, maka kita akan mendapat jawabanNya yang dapat kita kenali dan pahami.
Itulah sebabnya berdoa tidak bisa hanya sesekali saja, kita harus rutin berdoa agar kehendak Tuhan itu semakin lama semakin kita mengerti. Sama seperti jika kita bergaul dengan orang lain: semakin kita sering bersama-sama dengan dia, kita semakin tahu apa kehendaknya atau keinginannya, walaupun dia tidak memberitahukannya kepada kita.
Demikian juga dengan Tuhan, semakin kita sering bergaul dengan Dia melalui doa, kita akan semakin peka terhadap apa yang Ia mau dalam hidup kita.
6. Doa Adalah Bentuk Kepedulian Kita Kepada Orang Lain
Doa bisa menjadi bentuk perhatian, kasih dan kepedulian kita kepada orang lain. Hal ini terutama ketika kita berdoa syafaat bagi mereka. Karena itulah doa menjadi penting bagi kita, karena kita bisa menunjukkan kasih, perhatian dan kepedulian kita kepada orang lain.
Rasul Yohanes dalam suratnya kepada Gayus (salah seorang Kristen yang setia dari salah satu gereja di Asia kecil, yang menerima suratnya) berdoa agar ia baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu.
“Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.” (3 Yohanes 1:2).
Yohanes berdoa bagi Gayus tentu karena ia mengasihi dan mempedulikan Gayus. Doanya bagi Gayus adalah bentuk atau bukti kasih dan kepedulian Yohanes kepadanya.
Salah satu bentuk kepedulian kita kepada orang lain adalah melalui doa. Kita bisa memperhatikan dan mengasihi orang lain melalui berbagai macam bentuk: materi, pikiran, saran, tenaga, waktu, dan doa. Doa adalah salah satu bentuk perhatian dan kasih kita kepada orang lain.
Ketika kita berdoa, khususnya bersyafaat bagi orang lain, berarti kita menunjukkan perhatian, kepedulian dan kasih kita kepada orang yang bersangkutan. “Orang lain” di sini bisa menyangkut keluarga dan kerabat kita sendiri, gereja kita, rekan-rekan kerja/bisnis/sekolah kita, kota dan bangsa kita, bahkan dunia ini.
Sumbangsih yang paling mudah kita lakukan namun bermanfaat besar bagi orang lain (tetapi yang justru sering kita lalaikan) adalah doa.
7. Doa Adalah Salah Satu Sarana Untuk Bersekutu Dengan Orang Lain
Alasan terakhir mengapa doa itu penting adalah karena doa bisa menjadi sarana bagi kita untuk bersekutu dengan orang lain. Hal ini khususnya ketika kita berdoa secara bersama-sama dengan orang lain.
Kita sering mendengar istilah “persekutuan doa”. Di sini orang bisa “bersekutu dalam doa”. Orang-orang yang sedang berdoa bersama, bisa bersekutu dengan sesamanya karena dua hal.
Pertama, karena mereka mendoakan hal yang sama.
Dalam doa bersama atau doa kelompok yang didoakan biasanya adalah orang lain di luar mereka (berdoa syafaat), misalnya kota, gereja, bangsa. Karena itu mereka perlu menyatukan hati tentang hal-hal apa saja yang perlu mereka doakan untuk pokok-pokok doa tersebut (atau mereka membagi pokok-pokok doa serta pendoanya).
Selain itu, mereka perlu sehati bersama-sama berdoa untuk pokok-pokok doa tersebut. Karena itulah timbul suatu persekutuan di antara mereka.
Kedua, karena mereka bisa saling mendoakan (Yakobus 5:16). Tentu sebelum mereka saling mendoakan sesama, mereka terlebih dahulu “sharing”, saling berbincang atau bertanya hal-hal apa saja yang perlu mereka doakan bagi masing-masing mereka. Dengan demikian terjadi persekutuan di antara mereka.
“Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.” (Kisah Para Rasul 1:14).
Dalam kutipan ayat firman Tuhan di atas disebut tentang murid-murid Tuhan Yesus yang bertekun dengan bersehati dalam doa, menanti-nantikan curahan Roh Kudus yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus kepada mereka. Doa telah menyatukan mereka dalam ikatan persekutuan rohani.
Mengapa kita harus mengucapkan syukur
Inilah Alasan Mengapa Kita Harus Mengucap Syukur
Alasan Mengapa Kita Harus Mengucap Syukur
Banyak agama-agama yang mengajar untuk bersyukur kepada Tuhan sesekali seperti, sebulan atau setahun sekali. Tetapi firman Allah mengajar kita untuk mengucap syukur setiap hari, bukan sebagai pengetahuan/knowledge saja tetapi juga kita praktekkan. Jika kita tidak mau kehilangan kuasa Allah dalam hidup kita, naikkan ucapan syukur. Semakin banyak kita besyukur, semakin pintu Surga terbuka dan kuasa Allah dicurahkan. Kita akan menikmati hasilnya dalam kehidupan kita setiap hari.
Alasan kenapa kita mengucap syukur
1. Kehendak Allah ( I Tes 5 : 18 ). Bukan hanya dalam keadaan baik kita mengucap syukur tetapi dalam segala hal (dirugikan, ditipu, kesakitan dan kondisi yang tidak menyenangkan). Paulus mengatakan hal ini karena dia sudah mengalami banyak hal buruk (dianiaya, dipenjara, dirajam dan hampir mati), namun tetap mengucap syukur. Ucapan syukur adalah kesaksian iman kita. Seperti lilin, terangnya menyala ketika diberikan api dan seperti itu juga iman kita perlu dinyalakan dengan memberi kesaksian akan kasih Kristus. Dunia yang gelap ini membutuhkan kesaksian iman kita yang akan memberi terang melalui ucapan syukur. Kol 3 : 17 à Apa yang kita katakan dan lakukan biarlah kita mengucap syukur, dalam nama Tuhan Yesus.
Pengucapan syukur itu membuka iman kita mengerti bahwa Allah masih sanggup melakukan perkara yang besar. Ada kekuatan Allah, iman, kasih dan pengharapan dalam hidup kita, melalui ucapan syukur.
Mungkin ada keadaan dimana kita tidak mampu lagi, tetapi ucapan syukur yang kita naikkan menjadi persembahan korban ucapan syukur( Maz 50 : 23 a) itu memuliakan Tuhan. Korban perasaan, hati, waktu, tenaga dan uang. Korban artinya mati untuk daging, tanpa itu kita tidak bisa memuliakan Tuhan.
2. Mempercepat jawaban doa kita. Fil 4 : 6 à jangan kuatir tetapi nyatakan segala keinginan kita dalam doa dan ucapan syukur. Kekuatiran ada pada setiap orang, soal kesehatan, ekonomi, jodoh, dsbnya. Tuhan katakan bahwa kekuatiran kita tidak akan memberi jawaban terhadap masalah kita. Allah akan menjawab doa-doa kita, melalui ucapan syukur. Cerita soal 10 orang kusta (Luk 17 : 11-19), Tuhan Yesus sembuhkan mereka semua tetapi hanya 1 yang kembali menyembah Tuhan Yesus dan mengucap syukur. Yang sembilan menerima kesembuhan secara fisik tetapi yang satu mendapatkan kesembuhan tubuh, jiwa dan roh, yang merupakan keselamatan yang kekal dari Tuhan. Ini yang penting, keselamatan yang lengkap. Biarlah kita senantiasa mengucap syukur karena Tuhan akan menolong kita dan mempercepat jawaban doa kita.
3. Pintu untuk masuk ke hadirat Allah. Maz 100 : 4 à bagaimana masuk ke dalam bait Allah (ke ruang Maha Kudus), yaitu dengan bersyukur. Ruang maha Kudus berbicara mengenai hadirat Allah. Jika Dia hadir pasti ada kesembuhan, pemulihan dan berkat. Hadirat Allah sangat penting. Gereja tanpa hadirat Allah, maka lagu-lagu yang dinyanyikan akan monoton dan tidak berisi, begitu juga dengan doa yang dinaikkan tanpa kuasa dan tidak akan ada fellowship yang indah dan banyak hal-hal negatif yang terjadi. Akibat dari tidak mengucap syukur, akan terjadi kemerosotan rohani yang berakibatkan kematian rohani. Tidak mengucap syukur, kita akan banyak menggerutu dan mengomel ( II Tim 3 : 1-3), ini akan meracuni jiwa kita. Seperti bangsa Israel yang marah kepada Tuhan dan Musa, beberapa mereka harus mati karena tidak mengucap syukur. Kematian rohani mendahului kematian jasmani. Tidak mengucap syukur akan menjadi celah bagi iblis untuk menyerang pikiran kita. Jika iblis diberi tempat dan kita menikmatinya maka suatu saat kita akan mati secara rohani. Kita jadi malas ke gereja dan persekutuan. Iblis datang dengan pelan-pelan, tanpa kita sadari. Mari kita tutup celah itu dengan banyak mengucap syukur karena akan banyak mukjizat yang terjadi.
Kesimpulan :
Pengucapan syukur merupakan bagian dari kehidupan iman orang-orang percaya. Hanyalah di Alkitab, kita diajarkan untuk mengucap syukur dalam segala keadaan, baik atau tidak baik (I Tes 5 : 18). Untuk mengucap syukur dalam keadaan baik, semua orang dapat melakukannya termasuk orang yang tidak percaya. Ada kuasa supranatural Allah, jika kita dapat mengucap syukur dalam keadaan yang tidak baik (difitnah, dibenci, dikucilkan, dianiaya, kesakitan dsbnya).
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu mengucap syukur. Biarlah dengan penjelasan diatas dapat membuka cara berpikir kita, sehingga kita dapat menjadi orang-orang yang hidup dalam kuasa, tuntunan dan kekuatan Allah. Kita akan menjadi orang-orang yang membawa dampak bagi banyak orang dan Allah dimuliakan melalui pengucapan syukur kita.
Minggu, 12 Maret 2017
KENAPA KITA HARUS MEMUJI TUHAN
11 Alasan Mengapa kita harus senantiasa memuji TUHAN
11 Alasan Mengapa Kita Harus Senantiasa Memuji Tuhan
Pendahuluan
Kekristenan tidak dapat dilepaskan dari pujian dan penyembahan. Dalam setiap ibadah Kristiani, aspek pujian dan penyembahan selalu mendapat porsi yang cukup banyak, selain pemberitaan Firman Tuhan. Belum lagi dengan melimpahnya rekaman kaset, CD, DVD mengenai pujian penyembahan yang tersedia di toko-toko buku rohani. Hal ini menandakan betapa unsur pujian dan penyembahan merupakan sesuatu yang penting dalam iman Kristen.
Sepenting apakah pujian dan penyembahan dalam kehidupan kita? Mengapa orang-orang Kristen dianjurkan untuk senantiasa memuji Tuhan dalam segala waktu dan keadaan? Bagaimana dengan kondisi yang sedang tidak baik, misalnya sedang sakit berat, stress, kehilangan pekerjaan, kehilangan kekasih, mengalami kerugian dalam usaha, dan hal-hal lainnya yang membuat orang kehilangan semangat, adakah alasan untuk tetap memuji Tuhan?
Kita akan melihat alasan-alasan alkitabiah mengapa dianjurkan untuk senantiasa memuji Tuhan. Apalagi di awal tahun ini, mungkin banyak yang sedang kuatir mengenai kelanjutan usaha, studi, bisnis, rumah tangga, keuangan yang bermasalah dsb. Hal-hal itu kerap membuat kita jadi lemah semangat dan tidak bergairah dalam memuji Tuhan.
Dapatkan pencerahan & berkat-Nya setelah saudara membaca 11 alasan mengapa orang-orang percaya harus senantiasa memuji Tuhan.
Sebab kita diciptakan untuk Memuji Tuhan
Alasan utama dan pertama yang patut diresapi mengapa Tuhan menciptakan manusia, menyelamatkannya dari dosa dan menjanjikan hidup kekal di surga, tertulis dalam kitab Yesaya 43:21, “umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.”
Allah rindu agar setiap aspek kehidupan umat-Nya dipenuhi dengan pujian akan kebesaran-Nya. Itu sebabnya Dia telah melahirbarukan kita semua, dan memberikan perintah untuk bersaksi tentang nama Yesus sampai keujung-ujung Bumi, yaitu agar semua orang mengenal-Nya sebagai satu-satunya Juruselamat. Kita diciptakan untuk kemuliaan-Nya, seperti disaksikan dalam ayat berikut, “semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!” (Yesaya 43:7)
Kita diperintahkan untuk memuji Tuhan
Firman Tuhan menulis, “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mazmur 150:6) Ada himbauan, perintah untuk memuji Tuhan. Sebagai anak-anak Allah yang telah ditebus oleh darah Kristus, ketaatan merupakan gaya hidup Kerajaan Allah. Dan sebagai anak-anak Tuhan yang taat, tentunya dengan sukacita kita semua akan memuji-muji Tuhan sesuai dengan firman-Nya.
Sebab Tuhan telah menyelamatkan kita
Raja Daud adalah sosok pria yang telah “kenyang” dengan berbagai proses kehidupan. Dari gembala kambing domba, sampai menjadi gembala bagi umat Israel. Ia telah kaya dengan berbagai pengalaman tempur. Dalam kesemuanya itu, ia menyadari bahwa Tuhanlah yang telah mendukung dan menyelamatkannya. Hal itu ia tuangkan dalam suatu lagu pujian yang dinyanyikan bani Asaf, “Selamatkanlah kami, ya TUHAN Allah, Penyelamat kami, dan kumpulkanlah dan lepaskanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada nama-Mu yang kudus, dan bermegah dalam puji-pujian kepada-Mu.” (1 Tawarikh 16:35)
Dalam kitab Mazmur, Daud juga menuliskan ungkapan syukurnya lewat puji-pujian kepada Allah karena telah mendapat keselamatan.
Selamatkanlah kami, ya TUHAN, Allah kami, dan kumpulkanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada nama-Mu yang kudus, dan bermegah dalam puji-pujian kepada-Mu. (Mzm 106:47)
supaya aku menceritakan segala perbuatan-Mu yang terpuji dan bersorak-sorak di pintu gerbang puteri Sion karena keselamatan yang dari pada-Mu. (Mzm 9:15).
Bagi kita yang hidup dalam masa Perjanjian Baru, keselamatan terbesar telah dianugerahkan Allah. Kini sebagai ciptaan baru, anak-anak Allah yang hidup, layaklah apabila kita semua selalu menaikkan pujian syukur kepada-Nya untuk karya keselamatan yang dianugerahkan dalam Kristus Yesus.
Ekspresi syukur kita kepada-Nya
Ada banyak hal yang perlu kita syukuri dalam kehidupan ini daripada hanya mengeluh dan bersungut-sungut. Paling tidak bersyukurlah untuk nafas kehidupan yang masih diberikan Tuhan, sehingga kita semua masih bisa menikmati kehidupan ini, mencintai dan dicintai oleh orang-orang yang dekat di hati.
Bersyukurlah untuk anugerah keselamatan hidup kekal yang diberikan Bapa di dalam Kristus Yesus, sebab ada banyak orang yang terpanggil, namun mereka menolak untuk memberikan hati dan hidupnya kepada Kristus. Bani Asaf mengekspresikan syukurnya dalam 1 Tawarikh 16:36, “Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Maka seluruh umat mengatakan: “Amin! Pujilah TUHAN!”
Demikian pula anjuran dalam Kitab Ibrani 13:15 “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.”
Sebab kasih setia-Nya kekal
Kita patut bangga dan bersukacita sebab Allah adalah pribadi yang penuh dengan kasih setia. Kasih setianya bahkan bersifat kekal atau untuk selama-lamanya. Itu artinya, Tuhan mengasihi Anda dan saya selama-lamanya. Kasih-Nya tidak akan pudar ketika kita misalnya sedang jatuh dalam dosa. Justru pada saat demikian, Dia akan mendekati dengan cinta-Nya yang besar, memanggil untuk kembali bertobat dan hidup dalam anugerah-Nya.
Allah bukanlah manusia yang kasihnya terbatas. Kasih manusia terbatas dan seringkali berakhir ketika orang yang dicintai menghianati. Namun tidak demikian dengan Allah. Itu sebabnya kita dapat dengan tenang merebahkan diri dalam naungan kasih-Nya, sebab kita tahu Dia mengayomi umatnya sampai selama-lamanya.
Rasul Petrus pernah menyangkal Yesus sampai tiga kali di hadapan orang banyak. Namun, Allah yang penuh dengan kasih setia tetap menantinya untuk kembali bertobat. Dan kita semua tahu, rasul Petrus kemudian dipulihkan bahkan melayani Tuhan dengan luar biasa.
Daud yang sangat memahami sifat Allah ini, melantunkannya dalam suatu mazmur:
Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. (Mzm 106:1)
Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. (Mzm 138:2)
Sbab Tuhan bertahta diatas pujian kita
Alkitab menulis, “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” (Mzm 22:4). Allah ternyata sangat menikmati pujian penyembahan umat-Nya. Hal itu nampak nyata dari tindakan-Nya yang “duduk bertahta” di atas puji-pujian.
Oleh karenanya, hiduplah senantiasa dalam pujian dan penyembahan. Bahkan ketika disaat-saat tersulit, kelam kelabu sedang menerpa kehidupan kita, tetaplah memuji Tuhan. Karena justru ketika kita melakukannya, maka Allah akan hadir, datang dan menikmati pujian kita.
Kehadiran Allah pasti disertai dengan hadirat kudus-Nya yang membebaskan, memulihkan, menyembuhkan, mencerahkan, menolong bahkan memberkati umat-Nya. Pertolongan kasih-Nya akan hadir dan memerdekakan kita dari beban berat, masalah dsb.
Pdt. Dr. Tertius Y. Lantigimo pendeta Gereja Kristen di Sulawesi Tengah, menceritakan dalam bukunya bahwa dalam pujian-pujian terjadi mujizat kesembuhan di Meko, Sulteng. Ketika ribuan orang menyanyikan kidung “Allah Kuasa”,
Allah Kuasa Melakukan
Segala Perkara
Allahku Mahakuasa
Dia Ciptakan seisi dunia
Atur s’gala masa
Allahku Maha Kuasa
Inilah syair lagu yang dinyanyikan berulang-ulang dengan semangat dan penuh kuasa. Ribuan manusia yang membanjiri desa Meko, baik di baruga (balai desa), di rumah-rumah maupun di tenda-tenda, menyanyikan lagu ini, sehingga lagu ini menjadi sangat populer.
Sementara lagu itu dikumandangkan, tiba-tiba saja terdengar tepukan tangan dan teriakan “Puji Tuhan”. Orang-orangpun berkerumun untuk melihat apa yang sedang terjadi. Ternyata sementara lagu ini dinyanyikan, tiba-tiba saja orang lumpuh berjalan, buta melihat, tuli mendengar, dan kesembuhan lainnya terjadi.
Betapa dahsyatnya kuasa dalam pujian penyembahan!!
Indah dan baik memuji-muji Tuhan
Mazmur 147:1 menulis, “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.”
Tidak ada kenikmatan dan keindahan yang lebih besar dari menaikkan mazmur puji-pujian kepada Tuhan. Raja Daud dengan jujur bersaksi bahwa indah dan layaklah bagi kita semua untuk memuji-muji Tuhan.
Oleh karenanya, marilah memuji Tuhan di segala waktu, dan tidak terbatas hanya pada saat beribadah di gereja saja. Tuhan sangat senang mendengar kidung puji-pujian yang dengan tulus keluar dari hati dan bibir umat-Nya. Haleluyah!!
Sebab Tuhan layak dipuji
Tidak ada pribadi yang lebih layak dipuji dan disembah selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya Dia saja yang layak menerima pujian dan pengagungan dari kita. Sebab Dialah pencipta yang sempurna, Tuhan yang mengampuni segala dosa dan kesalahan kita serta berjanji untuk selalu menyertai kita, sebagaimana arti dari gelar “Immanuel” yang disandang-Nya.
Pujian kepada-Nya bergema di Surga:
Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!”
Dan keempat makhluk itu berkata: “Amin”. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah. (Wahyu 5:13-14)
Pemazmur pun menggemakannya dalam berbagai kesempatan:
“Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! (Mzm 146:1)
Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. (Mzm 146:2)
Ada KUASA dalam pujian
1 Samuel 16:14,23 menulis, “Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN… Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.”
Suatu kisah dari Perjanjian Lama yang mengajarkan bahwa dalam puji-pujian setan dan roh-roh jahat dikalahkan. Jonathan Prawira pernah bersaksi demikian, ada seorang temannya (kita sebut saja Ibu X) yang selalu diteror dengan miscall dari nomer yang tidak dikenal ke hapenya. Ketika dijawab, maka langsung terputus.
Kejadian ini berlangsung berulang-ulang selama beberapa hari. Sampai akhirnya orang itu menyatakan dirinya. Ternyata seorang wanita (kita sebut saja Ibu Y). Ibu Y ini meminta maaf atas perbuatan suaminya yang kini sedang sekarat (kita sebut saja Pak Z) kepada Ibu X.
Ibu Y ini menceritakan bahwa selama ini Pak Z ada kepahitan berbisnis dengan Ibu X, dan selalu berusaha untuk mengirimkan santet kepada Ibu X melalui handphone, bila Ibu X menjawab “halo” maka kuasa santet akan teraktivasi dalam dirinya. Tetapi karena RBT dari Ibu X adalah lagu pujian, maka santet tersebut tidak bisa tembus dan mengakibatkan luka yang serius kepada si pengirim, sampai akhirnya si pengirim (Pak Z) harus terkapar.
Ibu X menghimbau supaya Pak Z tidak meminta maaf kepada dirinya, karena tidak terjadi apa-apa atas dirinya, tetapi supaya memohon ampun kepada Tuhan Yesus karena telah melakukan perzinahan dengan kuasa kegelapan.
Betapa hebat kuasa dalam puji-pujian… Malah dalam bentuk RBT pun, kuasanya tetap dahsyat…mengapa? Sebab Allah hadir, Allah bertahta dalam puji-pujian!
Mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 43:5)
Raja Daud adalah manusia biasa sama seperti kita. Diapun pernah dan sering mengalami kesedihan maupun tekanan dalam hati dan jiwanya. Namun dalam kesemuanya itu, dia tidak menjadi putus asa maupun tenggelam dalam kesedihan.
Mazmur diatas menjelaskan bahwa Daud tetap mampu mengucap syukur meskipun sedang dalam keadaan buruk dan tertekan. Dia juga menguatkan hatinya dan berharap pada Allah. Inilah sikap yang patut kita teladani. Ubahlah keadaan buruk dan kesedihan menjadi kemenangan dengan kuasa puji-pujian.
Dalam perjalanan misinya di kota Filipi, Roma, Rasul Paulus dan Silas dimasukkan ke dalam penjara oleh orang-orang yang tidak suka dengan mereka. Bahkan sebelumnya mereka dikenakan hukuman dera. Tetapi hal ini tidak membuat mereka berkecil hati. Mereka tidak kecewa ataupun putus asa dengan keadaan yang menimpa mereka. Justru iman mereka semakin dikuatkan melalui keadaan ini. Mereka tahu bahwa segala sesuatu pasti terjadi seturut dengan kehendak Tuhan.
Masalah dan pencobaan boleh datang, tetapi sebagai umat-Nya kita harus belajar seperti Paulus dan Silas. Dalam keadaan senang ataupun susah, bahkan dalam keadaan yang paling buruk sekalipun, kita harus tetap dapat mengucap syukur dan memuji Tuhan. Jangan mengeluarkan keluhan ataupun sungut-sungut di hadapan Tuhan.
Mereka lalu berdoa dan menaikkan puji-pujian kepada Tuhan. Mereka bernyanyi dengan semangat dan suara yang keras sehingga orang-orang lainnya yang berada dalam penjara juga ikut mendengarnya. Paulus dan Silas benar-benar mengerti bahwa ada kuasa dalam puji-pujian, seperti dinyatakan firman Tuhan, “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel” (Mazmur 22:4). Mereka mengerti bahwa ketika mereka menaikkan puji-pujian, maka kuasa Allah akan turun.
Dan itulah yang kemudian terjadi…disaat mereka terus menaikkan puji-pujian kepada Allah, maka …terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah, dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua (Kisah Para Rasul 16:26).
Kalahkanlah kesedihan dan tekanan di hati Anda dengan kuasa puji-pujian. Allah sanggup mencurahkan kasih dan kuasa-Nya yang dahsyat untuk mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan dalam kehidupan kita.
Sebab itulah gaya hidup kita nanti di Surga
Ketika hari-Nya tiba, kita semua akan bersama-sama dengan Tuhan di Surga. Disana kita tidak lagi akan membaca Alkitab maupun berdoa, sebab kita telah langsung bertemu dengan Allah juru selamat yang maha mulia.
Apakah yang akan dilakukan orang-orang percaya disana? Tiada lain selain memuji dan menyembah Tuhan. Demikian dijelaskan kitab suci:
Yesaya 66:22-23
Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap.
Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN.
Wahyu 22:1-3
Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.
Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.
Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya.
Langganan:
Postingan (Atom)