Jumat, 17 Maret 2017
Kalau tidak mau kerja janganlah ia makan
Pandangan Alkitab dan Sikap KIta Terhadap Kerja
1. Bekerja adalah perintah Tuhan
Ada orang yang berkata, " Seandainya Adam dan Hawa tidak jatuh kedalam dosa, maka kita tidak akan capek untuk bekerja seperti sekarang ini ". Ini merupakan pemahaman yang salah dan merupakan keinginan dari orang-orang yang malas bekerja. Sebenarnya perintah untuk bekerja sudah diberikan Tuhan sebelum manusia itu jatuh ke dalam dosa ( Kej 1:28 ; 2:15 ,19 ), kejatuhan manusia ke dalam dosa hanya menambah usaha di dalam bekerja menjadi lebih berat ( Kej 3:17-19 ).
: " Tuhan Allah menempatkan manusia di taman Eden untuk mengusahakan / menemani dan menjaga / memeliharanya ".
Untuk saat itu, pekerjaan yang dilakukan oleh Adam dan Hawa adalah mengurus taman Eden beserta isinya. Tetapi untuk sekarang ini, ayat ini harus dipahami secara lebih luas di mana kita harus mengerjakan dengan penuh tanggung jawab pekerjaan atau pun tugas kita sehari-hari, demi kelangsungan dan keseimbangan hidup.
2. Siapa yang tidak mau bekerja jangan lah ia makan
Kepada jemaat di Tesalonika Paulus menasehatkan , " ... jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan ". Meskipun sebagai hamba Tuhan, Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya berhak menerima sokongan dari jemaat yang mereka layani, tetapi ia memberikan teladan dengan bekerja sendiri sebagai tukang tenda, untuk memenuhi kebutuhannya dan juga kebutuhan teman-temannya ( Kis 18:3 ). Hal ini ia lakukan agar tidak membebani siapa pun, selain itu ia juga ingin mengajarkan kepada jemaat bahwa mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka dan tidak hanya mengharapkan berkat melalui jerih payah orang lain yang artinya menjadi beban bagi orang lain.
Di dalam keluarga, kita dapat menanamkan prinsip ini dengan memberikan tugas atau tanggung jawab yang harus dikerjakan oleh setiap anggota keluarga. Dengan demikian, mereka akan belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu, mereka harus bekerja.
3. Orang yang rajin bekerja akan diberkati
Ams 10:4 berkata, " Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya ". Benar bahwa Tuhan empunya segala-galanya dan kita bisa meminta di dalam doa agar Ia memberkati kita. Tetapi Alkitab tidak pernah mengajar kita untuk menjadi orang-orang yang malas. Bahkan, Alkitab menentang sifat malas ( Ams 6:6-11 ). yang Alkitab ajarkan adalah " orang yang rajin akan diberkati ". Di masyarakat kita tidak jarang terjadi kecemburuan sosial terhadap orang-orang kaya. Kecemburuan ini berujung pada pengrusakan, perampokan bahkan penganiayaan terhadap orang kaya. Pernahkah kita mencari tahu bagaimana mereka memperoleh kekayaan itu ? Di dalam satu hari berapa jam mereka korbankan untuk bekerja ? Mungkin ketika kita masih tidur lelap, mereka sudah mulai bekerja. Yang seharusnya kita lakukan adalah bekerja lebih rajin, maka Tuhan akan memberkati kita.
Beberapa orang salah di dalam memahami arti " hidup dengan iman ". Mereka berpikir bahwa mereka tidak perlu lagi bekerja dan cukup berdoa saja maka Tuhan akan menurunkan berkatNya. Jika anda mampu untuk bekerja, bekerjalah dan percayalah bahwa Tuhan akan memberkati apa yang anda kerjakan.
Ams 12:24 berkata, " Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa ".
4. Buanglah mental pengemis
Yang dimaksud dengan mental pengemis adalah mental yang suka meminta-minta. Orang yang memiliki mental pengemis hanya bisa meminta serta mengharapkan belas kasihan orang lain, tetapi ia sendiri tidak mau bekerja. Akar dari mental pengemis ini tidak lain adalah kemalasan. Ada orang yang ingin mendapatkan uang atau barang yang ia inginkan, tetapi malas bekerja, malas berusaha. Ia memilih cara yang lebih gampang, yaitu meminta-minta. Hamba Tuhan pun tidak sedikit yang memiliki mental pengemis dengan meminta ke sana-sini. Janganlah kita merusak citra diri dan pelayanan kita dengan membiasakan diri menjadi peminta-minta. Firman Tuhan mengingatkan agar kita bekerja, sehingga dengan demikian memakan makanan kita sendiri ( II Tes 3:12 ).
Lihatlah bagaimana Paulus memberikan teladan hidup yang baik sebagai hamba Tuhan, dengan bekerja sendiri memenuhi kebutuhannya dan rekan-rekan sepelayanannya. Bahkan, ia bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhannya tetapi juga dengan maksud agar bisa membantu orang-orang yang lemah ( Kis 20:35 ). Sedapat mungkin bekerja dan berusahalah, jangan hanya mengharapkan belas kasihan orang lain. Paulus mengajarkan bahwa kita bekerja bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri, tetapi agar kita juga bisa memberi kepada orang lain.
" ... tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan ". ( Ef 4:28 ).
5. Bekerjalah seperti untuk Tuhan
Standar moral tertinggi di dalam bekerja adalah bekerja seperti untuk Tuhan. Orang yang menyadari bahwa melalui pekerjaannya setiap hari ia sedang bekerja untuk Tuhan dan melayaniNya, maka ia akan mengerjakan pekerjaannya itu dengan segenap hati. Jika kita bekerja sebagai karyawan, dalam sehari waktu yang kita gunakan untuk bekerja ada sekitar 8 jam. Ini artinya, dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00, kita menghabiskan sekitar 67 % waktu kita untuk bekerja. Dalam waktu kerja yang cukup panjang itu, bagaimanakah sikap kita di dalam bekerja ? Adakah kita menganggap seluruh aspek kehidupan kita sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan, sehingga dengan begitu kita akan bekerja dengan segenap hati.
Berikut ini adalah beberapa sikap yang harus kita kembangkan sebagai pekerja-pekerja yang taat kepada Tuhan dan yang menyadari bahwa kita bekerja bagiNya.
A. Bekerja dengan jujur
Bekerjalah sesuai aturan yang ada, jangan curang dengan mencuri jam kerja untuk mengerjakan pekerjaan pribadi, jangan malas-malasan atau berpura-pura sakit, jangan " makan tulang " dengan menyuruh orang lain mengerjakan pekerjaan anda, sementara anda bersantai-santai. Majikan ataupun pimpinan mungkin tidak tahu ketidakjujuran ini, tetapi ingat bahwa Tuhan selalu mengawasi kita dan Ia akan memperhitungkan semuanya.
Ef 6:5-7 berkata, " Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia ".
B. Bekerja dengan penuh tanggung jawab
Bekerja dengan penuh tanggung jawab adalah mengerjakan dengan sebaik-baiknya tugas dan tanggung jawab kita. Tidak bekerja asal bekerja atau supaya kelihatan bekerja. Sara Bradley mengatakan bahwa cara dan sikap seseorang terhadap pekerjaan akan mencerminkan nilai diri orang tersebut dan tanggung jawabnya terhadap kehidupannya. Apakah anda seorang karyawan yang bekerja untuk orang lain atau anda bekerja sendiri, kerjakanlah dengan sebaik-baiknya hingga tuntas dan mendatangkan hasil memuaskan. Janganlah pekerjaan anda akhirnya menyusahkan orang lain karena anda tidak bertanggung jawab di dalam mengerjakannya.
C. Bekerja tanpa bersungut-sungut
Orang yang mengerjakan sesuatu dengan bersungut-sungut dan mengomel, menandakan bahwa ia melakukan itu dengan terpaksa. Dan ketika seseorang mengerjakan sesuatu dengan terpaksa dan tidak dengan hati yang tulus, maka dapat dipastikan bahwa hasil kerjanya tidak akan memuaskan. Ingat bahwa kerja adalah ibadah.
Itu sebabnya, " Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan ". ( Flp 2:14 ).
Tuhan sangat peduli terhadap orang-orang yang setia dan terhadap mereka yang taat. Ketika kita bekerja dengan jujur, penuh tanggung jawab dan tanpa bersungut-sungut, Tuhan memperhitungkan semua itu dan akan memberikan upah yang pantas dan mungkin tidak pernah terpikirkan oleh akal kita. Bahkan Tuhan tidak pernah mau berhutang kepada kita. Jadi, apa pun yang kita kerjakan, kerjakanlah dengan segenap hati.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar