Senin, 17 April 2017
Rahasia seorang pemenang
Rahasia Seorang Pemenang
Ayat Bacaan: 1Samuel 17:45-50
Perjalanan hidup Daud merupakan kisah yang luar biasa dan dapat menjadi inspirasi bagi setiap kita yang sungguh ingin menjadi seorang pemenang. Bagaimana mungkin seorang anak yang masih muda berperawakan kecil dan tidak terbiasa mengunakan perlengkapan perang mampu mengalahkan seorang Goliat, pendekar raksasa dari tentara Filistin yang bersenjatakan lengkap dan memiliki segudang pengalaman perang.
Untuk menjadi seorang pemenang bukanlah perkara mudah apalagi di posisi seperti Daud yang secara logika tidak akan mungkin dapat mengalahkan Goliat, namun pada kenyataanya kita dapat melihat Daud mampu mengalahkannya dan memenangkan peperangan tersebut.
Karena itu jika ingin menjadi seorang pemenang di segala bidang kehidupan kita entah itu di dalam pekerjaan, usaha, kehidupan rumah tangga dan sebagainya, setiap kita harus mengetahui rahasianya. Ada empat hal menjadi Rahasia Kemenangan Daud yaitu…
1. Sehat Rohani
(1Sam 17:32) Berkatalah Daud kepada Saul: “Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.”
Seorang atlet yang ingin menang dalam pertanding syarat utama tentunya harus SEHAT (Healthy) karena itu mereka harus menjaga pola makan, pola pikir (Happy gak stres), pola istirahat untuk menjaga semangat juang mereka.
Demikian juga dengan kita, jika ingin menjdi pemenang dalam segala bidang kehidupan yang kita jalani yang pertama harus memiliki kerohanian yang sehat seperti Daud.
Kerohanian yang sehat berarti…
Tidak tawar hati sebesar apapun masalah yang kita alami..
Berani (Tidak kecut/takut) menghadapi goliat/masalah dalam hidup
Tidak sakit hati menghadapi orang-orang yang berbuat jahat terhadap kita.
Masakan jika rasanya tawar tentunya tidak enak karena itu dalam kehidupan ini setiap kita harus memberi rasa (tidak tawar) yang enak kepada orang-orang di sekitar kita untuk membuktikan bahwa kerohanian kita tetap sehat.
2. Memiliki Pengalaman
(1Sam 17:37) Pula kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul kepada Daud: “Pergilah! TUHAN menyertai engkau.”
Sebelum berperang melawan Goliat, sesungguhnya Daud sudah berpengalaman berperang melawan singa dan beruang saat ia menjadi Gembala domba untuk membantu pekerjaan orang tuanya. Pengalaman penyertaan Tuhan tersebut menjadikan Daud lebih percaya diri dan mampu mengalahkan Goliat.
Seorang pemenang harus memiliki pengalaman penyertaan Tuhan.
Hidup manusia ini seperti di padang belantara harus punya pengalaman untuk tetap hidup dan menjadi pemenang.
Seperti Nabi Musa memiliki tongkat dan pengalaman padang gurun, setiap kita juga harus memilki tongkat (hikmat dari Alkitab yang kita baca dan renungkan sebagai Firman Kebenaran) dan pengalaman melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bersandar Pada Tuhan (ayat 45-47)
(1Sam 17:45) Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
Daud seorang yang selalu bersandar pada Tuhan. Ketika menjadi seorang gembala domba ia sudah melihat penyertaan Tuhan yang luar biasa sehingga ketika menghadapi Goliat ia juga percaya Tuhan-lah yang akan menyelamatkannya bukan pedang atau lembing.
Seorang yang bersandar pada Tuhan memilki pola pikir berdasarkan iman bukan keadaan.
Orang Israel tidak bersandar pada Tuhan sehingga di kuasai rasa takut karena pola pikirnya di pengaruhi oleh keadaan berbeda dengan Daud ia bersandar pada Tuhan sehingga tetap percaya Roh Kudus akan memberinya Hikmat.
Roh Kudus menuntun Daud untuk mencari batu di sungai bukan batu di padang gurun karena batu sungai memilki bobot dan kekuatan yang lebih baik di bandingkan batu di padang gurun ini hikmat seorang yang bersandar kepada Tuhan.
4. Bertindak Dengan Iman (ayat 49-50)
(1Sam 17:49-50) lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia dengan mukanya ke tanah. Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan.
Untuk meraih kemenangan di butuhkan tindakan iman, hal tersebut di lakukan Daud batu-batu yang diambilnya dari dalam sungai sebagai persiapannya untuk mengalahkan Goliat segera ia ambil dan gunakan. Tindakan sederhana yang di sertai iman menghasilkan kemenangan bagi Daud.
Seorang pemenang harus berani melangkah.
Tanpa tindakan iman mukjizat tidak akan terjadi.
Tindakan iman dengan berani berkorban bagi orang lain.
AFFIRMASI
RAHASIA SEORANG PEMENANG DIMULAI DARI TINDAKAN YANG DISERTAI DENGAN IMAN.
Sabtu, 08 April 2017
TETAP BERDIRI DI TENGAH TENGAH BADAI
Baca: Matius 7:24-27
"Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." Matius 7:25
Meski berada di tengah badai persoalan, jika kehidupan rohani kita dibangun di atas pondasi yang kuat, kita akan tetap kokoh berdiri. Sebaliknya, orang Kristen yag kehidupan rohaninya dibangun di atas pasir akan mudah hancur saat diterpa badai: stres, frustasi, menyalahkan Tuhan dan lalu meninggalkan Tuhan.
Membangun di atas batu (pondasi yang kuat) artinya mendengarkan firman dan juga melakukan firman itu. Sedangkan orang yang membangun di atas pasir adalah orang yang mendengarkan firman tetapi tidak melakukannya. Itulah sebabnya mengapa Tuhan mengijinkan kita berada di 'padang gurun' atau mengalami badai persoalan, yaitu untuk membuktikan apakah kita sudah tinggal dalam firmanNya atau belum. Dengan adanya masalah atau badai persoalan kehidupa rohani seseorang akan terlihat kualitasnya.
Orang Kristen yang hidup dalam firman pasti akan tetap teguh berdiri meski berada di tengah badai, karena ia tahu benar bahwa jika Tuhan mengijinkan hal itu terjadi pasti tidak melebihi kekuatan dan Dia selalu menyediakan jalan ke luar. Ada tertulis: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Namun jika kehidupan rohani kita dibangun di atas pasir kita akan mudah terhempas ketika badai persoalan datang, karena kita tidak berakar kuat di dalam firman seperti yang dikatakan Ayub, "Mereka menjadi seperti jerami di depan angin, seperti sekam yag diterbangkan badai." (Ayub 21:18). Kita tak ubahnya seperti sekam. Apa itu sekam? Sekam adalah kulit padi. Sekam akan bertebaran ke mana-mana jika diterpa angin karena tidak memiliki berat (ringan), tidak berbobot. Oleh karena itu mari terus melekat kepada Tuhan dan hidup seturut akan firmanNya. Badai kehidupan boleh terjadi, tetapi bagi setiap orang percaya ada jaminan pertolongan dari Tuhan.
"Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." Yesaya 46:4
Jumat, 07 April 2017
Biarkan Anak Anak itu Datang Kepada-Ku
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka:
"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya."
Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
(Markus 10:13-16)
---
Kata “anak-anak" dan "anak kecil” dalam ayat ini diambil dari kata “infants” yang berarti balita atau bayi.
Satu-satunya ciri khusus seorang bayi: ketidakberdayaan
'Bayi', sejauh yang bisa saya amati, hanya punya satu ciri khusus, dan ciri itu adalah sama sekali tidak berdaya. Seorang bayi adalah sosok yang 'sama sekali tidak berdaya'. Ia sama sekali tidak mampu melakukan apa-apa. Tidak dapat makan, tidak bisa berbicara, tak dapat mengekspresikan diri, sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa! Satu-satunya ciri bayi adalah ketidakberdayaannya, ketergantungannya yang total kepada orang tuanya di dalam segala bagian kehidupannya.
Mereka yang tidak berdaya, yang lemah, bukan siapa-siapa, tidak memiliki kemampuan adalah yang akan mewarisi Kerajaan
Tuhan Yesus katakan: "Berbahagialah," kata Yesus, saat dia memulai khotbah di bukit, siapa yang berbahagia? Orang-orang miskin di hadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan.
Disanalah kita temukan sebuah persamaan. Anak-anak kecil memiliki Kerajaan. Orang-orang miskin memiliki Kerajaan. Apakah kesamaan antara anak-anak kecil dengan orang miskin? Pada dasarnya mereka sama-sama tidak berdaya.
Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu bagi diri mereka. Orang miskin, sesuai dengan definisinya, adalah orang-orang yang tidak memiliki status, tidak memiliki kekuatan, tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apa-apa di tengah masyarakat. Anda harus memiliki kekayaan dan kedudukan untuk bisa berbuat sesuatu. Jika Anda miskin, maka Anda tidak berdaya, Anda tidak bisa melindungi diri.
Dan sekali lagi, di sini muncul - tepat di sini, di dalam ajaran Yesus ini - satu prinsip yang sangat jelas. Mereka yang tidak berdaya, yang bukan siapa-siapa, itulah yang akan mewarisi Kerajaan.
Dengan kata lain, jika Anda merasa bahwa Anda orang penting, jika Anda merasa sangat berkuasa, jika Anda merasa menjadi orang yang berkedudukan, terpelajar, dan dengan demikian Anda bukan orang yang tidak berdaya, maka Kerajaan bukan untuk Anda.
Kerajaan Allah diperuntukan kepada mereka yang menyadari bahwa secara rohani mereka tidak berdaya, yang menyadari bahwa mereka sepenuhnya bergantung kepada kemurahan Allah, pada kasih karunia Allah, mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk menjamin apapun mengenai hidup mereka, apalagi dalam kekekalan.
---
Sikap, dan bukan prestasilah, yang akan membawa kita masuk dalam rencana Allah. Kerajaan Allah tidak dibangun di atas dasar prestasi manusia, tetapi di dalam perkenanan Allah.
Tidak ada di antara kita yang mampu menyelamatkan diri kita sendiri walau sebagian orang mengira bahwa mereka lebih cerdik daripada orang lain, bahwa mereka bisa akal-akalan dengan Allah, mereka bisa mencari jalan menuju keselamatan lewat usaha sendiri. Sama sekali tidak bisa!
Kerajaan Allah hanya buat mereka yang menyadari bahwa mereka memang sepenuhnya tidak mampu, mereka tidak berdaya saat berhadapan dengan perkara rohani, seperti bayi-bayi yang menghadapi realita kehidupan.
Kecerdasan dan prestasi Anda tidak akan membawa Anda masuk ke dalam Kerajaan Allah. Anda harus sampai pada kesadaran bahwa secara rohani atau dalam hal kehidupan rohani, Anda sepenuhnya tidak berdaya. Anda tidak bisa berbuat apa-apa bagi diri Anda, Anda tidak lebih berdaya daripada bayi.
Inilah inti dari Kerajaan Allah: kasih karunia.
Kasih karunia Allah adalah tempat kita bergantung sepenuhnya, bukan hanya pada saat kita pertama kali percaya, akan tetapi kita memerlukan kasih karunia-Nya yang memberi kekuatan itu untuk menjalani kehidupan iman kita setiap hari. Itu berarti bahwa kita benar-benar tidak berdaya.
Karena jika kita punya daya, apakah kita memerlukan kasih karunia?
ANDA DAN SAYA DI PANGGIL UNTUK MELAYANI
“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.” Roma 12:6-8
Kira-kira 2000 tahun yang lalu Tuhan Yesus turun ke dunia ini dengan satu tujuan: supaya manusia dapat beroleh kehidupan yang kekal. Banyak pelayanan yang Ia lakukan pada waktu itu. Yesus memberi teladan yang luar biasa bagi kita umatNya. “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Mrk 10:45.
Kalau Yesus saja datang untuk melayani, terlebih lagi kita sebagai muridNya, tentu juga harus ikut melayani.
Merupakan hal yang baik jikalau kita bisa terlibat untuk melayani di gereja. Tetapi pelayanan yang dapat kita lakukan tidak terbatas hanya di gereja saja. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk dapat melayani dalam kehidupan sehari-hari kita. Kita dapat melayani dalam keluarga kita, terhadap orang tua, pasangan suami/istri, anak-anak, dan lain-lain. Kita dapat juga melayani dalam bidang pekerjaan kita, dalam lingkungan sosial kita, dan masih banyak lagi tempat yang terbuka untuk pelayanan.
Ketika kita mencoba melihat segala sesuatu yang orang lain butuhkan dan kita ada untuk menjadi berkat bagi orang itu, baik menjadi berkat secara rohani, materi maupun moril, maka itu merupakan pelayanan. “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Kol 3:17
Tuhan melihat hati kita. Lakukan sesuai dengan karunia maupun talenta yang telah Tuhan percayakan kepada kita dengan hati yang tulus.
Bagaimana mengetahui karunia pelayanan yang telah Tuhan percayakan?
1. Berdoa
Jika Anda belum mengetahui pelayanan apa yang Tuhan inginkan dalam diri Anda, ambillah waktu untuk berdoa dan bertanya kepada Tuhan. Dia akan menuntun kita kepada jalanNya. Dia akan memberikan hikmat bagi kita sehingga kita mengerti apa yang harus kita lakukan. Tentunya Dia juga akan memperlengkapi kita dengan kemampuan untuk dapat melayani.
2. Peka akan Lingkungan
Perhatikan dan pelajari keadaan sekitar kita. Ketika kita belajar untuk melihat hal-hal yang biasanya kita acuhkan, kita akan menyadari bahwa sebenarnya banyak hal yang dapat kita perbuat untuk dapat mengisi kekosongan yang ada. Banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita, baik itu keluarga kita, teman, rekan, saudara seiman atau bahkan orang yang tidak kita kenal sebelumnya.
3. Belajar memberi
Mulai belajar untuk dapat memberikan sesuatu (nasehat, solusi, tenaga, pemikiran, bahkan materi) kepada orang yang membutuhkan.
“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Luk 6:38
Dengan memulai langkah-langkah di atas, kita akan semakin mengerti karunia pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita. Semakin kita masuk lebih dalam ke pelayanan, maka Tuhan akan memakai kehidupan kita lebih indah lagi. Semuanya bagi kemuliaan nama Tuhan.
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” Rom 12:
Apakah anda sudah terlibat dalam pelayanan bagi sesama kita? Selagi ada punya kesempatan mari kita melayani karena itu gol dan tujuan yang Tuhan sudah garis kan bagi hidupmu waktu anda masih dalam kandungan ibuku itu menjadi berkat untuk kerajaan surga dan untuk keluarga dan lingkungannya......IMANUEL...
Rabu, 05 April 2017
RASIA MENGALAMI PELIPATKANDAAN
RAHASIA MENGALAMI PELIPATGANDAAN
“Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengarkan firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang 100 kali lipat, ada yang 60 kali lipat, ada yang 30 kali lipat.” (Mat 13:23)
Syalom saudaraku yang dikasihi Tuhan, sebagai orang Kristen, tentu kita tidak asing dengan istilah ‘menabur’. Tuhan mengajar setiap kita untuk menabur dan menjadi berkat bagi orang lain. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang menabur, ia akan menuai, bahkan mengalami multiplikasi/pelipatgandaan maksimal (diibaratkan menuai 100 kali lipat ganda). Akan tetapi firman Tuhan mencatat bahwa tidak semua penabur menuai 100 kali lipat atau mengalami multiplikasi. Menuai 30, 60, dan 100 kali lipat adalah sebuah pilihan, tergantung bayar harga dan pengorbanan kita. Tuhan mengharapkan setiap kita yang percaya kepadaNya dan hidup di dalam Dia mengalami multiplikasi/pelipatgandaan, terobosan-terobosan, dan promosi dalam segala hal, sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita.
Apa rahasia mengalami pelipatgandaan yang maksimal ?
1. Bekerja sungguh-sungguh dan maksimal
‘Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari perusak’ (Amsal 18:9). ‘Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga’ (Amsal 12:27). Orang yang bekerja sungguh-sungguh dan maksimal akan menghasilkan 100 kali lipat ganda karena maksimal berarti bekerja dengan tidak setengah-setengah. Kita harus bekerja, karena kesuksesan datang lewat kerja keras. Orang yang bekerja maksimal adalah orang yang bukan hanya mengejar keberhasilan tanpa berusaha menjadi orang yang berguna/berkat bagi orang lain melalui keberhasilannya. Orang yang bekerja keras adalah orang yang rajin, bertanggungjawab, dan tuntas dalam menyelesaikan pekerjaannya. Di mana pun kita di tempatkan Tuhan, baik dalam dunia marketplace maupun dalam dunia pelayanan, kita harus bekerja dan melayani dengan kesungguhan sehingga kita memperoleh hasil yang maksimal.
2. Focus pada visi atau target
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,
dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3:13-14).
Kita perlu memiliki kemampuan untuk melihat kehadiran Allah, merasakan kuasa-Nya, dan memusatkan perhatian pada rencana Allah; bukan pada kegagalan masa lalu atau rintangan-rintangan yang datang. Perjalanan atau proses untuk menuju visi, pasti banyak tantangan dan rintangan, tetapi jangan kita dilemahkan oleh semua itu. Berdoalah senantiasa serta memuji menyembah Tuhan, disanalah sumber kekuatan kita untuk tetap dapat focus kepada visi yang ingin kita capai.
3. Memiliki iman yang kuat
Iman adalah percaya pada Tuhan mengenai apa yang tidak kita lihat. Upah iman adalah melihat, merasakan dan menikmati apa yang kita percayai (Ibrani 11:1). Iman timbul dari pendengaran akan firman Tuhan (Roma 10:17). Oleh karena itu, untuk memiliki iman yang kuat, kita harus bersekutu/dekat dengan Tuhan dan firmanNya. Sehingga berkatNya turun dalam hidup kita. ‘Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil 100 kali lipat, sebab ia diberkati Tuhan’ (Kej 26:12).
Tuhan Yesus memberkati.
MULIAKANLAH TUHAN.
MULIAKANLAH TUHAN
“Berilah kepada Tuhan kemuliaan namaNya, sujudlah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan!” (Mzm 29:2)
Syalom saudaraku terkasih, sebagai orang kristen yang percaya kepada Tuhan Yesus dan yang telah memperoleh jaminan keselamatan di dalam Dia, hidup kita hendaknya membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Kita hendaknya tidak lagi hidup untuk mencari kesenangan dan kenyamanan diri kita sendiri, tetapi ikut mengambil bagian dalam sikap hidup yang memuliakan Tuhan.
1. Muliakanlah Tuhan dengan hartamu (Amsal 3:9-10)
‘Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurmu.’ Mengapa kita harus memuliakan Tuhan dengan harta kita? Karena segala yang kita miliki adalah kepunyaan Tuhan (Mzm 24:1), dan Tuhanlah yang memberikan kepada kita kekuatan untuk memperoleh kekayaan , ‘Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan (Ul 8:18). Mengembalikan persepuluhan, menabur untuk pekerjaan Tuhan ( misi penginjilan, pembangunan Rumah Tuhan, dll ), membantu orang yang kekurangan dan anak yatim piatu, adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk memuliakan Tuhan dengan harta kita. Ketahuilah saat kita membangun karakter ilahi dengan menabur/membagikan harta kita, maka banyak orang akan mengenal Tuhan melalui hidup kita. Kita tidak akan kehilangan atau rugi tetapi justru lumbung-lumbung kita akan diisi penuh oleh Tuhan. Karena Tuhan melihat bahwa kita bisa dipercaya untuk menjadi saluran berkatNya, maka berkatNya pasti akan terus mengalir dalam hidup kita.
2. Muliakanlah Tuhan dengan puji-pujian (Mzm 66:2)
Puji-pujian dan penyembahan yang keluar dari mulut kita, membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Firman Tuhan berkata bahwa Tuhan bertahta di atas puji-pujian umatNya. Itu berarti Tuhan suka saat kita memuji Dia. Dimana ada puji-pujian, disitu Tuhan hadir dan menyatakan kuasaNya. Bait suci Salomo dipenuhi awan kemuliaan Tuhan karena ada pujian dan penyembahan di dalamnya. Pujian dan penyembahan adalah sebuah ekspresi yang menunjukkan adanya kedekatan atau hubungan yang intim antara kita dengan Tuhan. Melalui pujian dan penyembahan yang keluar dari mulut kita, bukan hanya hidup kita yang dipulihkan dan diberkati oleh Tuhan, tetapi juga orang lain yang mendengarnya. Banyak orang yang imannya dibangun, dan mengalami kesembuhan dan mujizat Tuhan, saat ia mendengar sebuah lagu pujian. Muliakanlah Tuhan dengan pujian yang keluar dari hati dan mulut kita.
3. Muliakanlah Tuhan dengan tubuhmu (1 Kor 6:20)
‘Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.’ Bagaimana caranya? Tubuh yang kita miliki adalah pemberian dari Tuhan, karena itu kita harus menjaganya dengan merawat kebersihannya dan mengkonsumsi apa yang baik bagi tubuh kita. Saat kita tubuh kita sehat, ada banyak hal yang bisa kita kerjakan bagi kemuliaan Tuhan. Pakai seluruh anggota tubuh kita untuk melakukan hal-hal yang mulia. ‘Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.’ (Roma 6:13)
Mari kita senantiasa memuliakan Tuhan melalui apa yang kita miliki, baik itu harta, perkataan, maupun tubuh kita. Biarlah orang-orang di sekitar kita dapat mengenal dan mengalami Tuhan melalui hidup kita. Sehingga hidup kita tidak lagi menjadi hidup yang sia-sia, tetapi hidup yang berkualitas di hadapan Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati.
Langganan:
Postingan (Atom)