Sabtu, 07 Januari 2017
Hidup dalam pengucapan syukur
HIDUP DALAM PENGUCAPAN SYUKUR
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)”
Syalom saudaraku yang dikasihi Tuhan, salah satu kehendak Tuhan untuk kita lakukan sebagai orang Kristen adalah mengucap syukur. Hidup dalam ucapan syukur akan membuat kita berbahagia, puas dan dapat menikmati kasih serta kebaikan Tuhan di dalam kehidupan kita. Keadaan dan situasi yang terjadi di dalam keluarga, lingkungan kerja, dan sekitar kita dapat menjadi alasan untuk kita mengeluh dan bersungut-sungut, sehingga kita kehilangan damai sejahtera dan sukacita. Oleh karena itu, saya rindu kita belajar dari kehidupan salah satu tokoh di dalam Alkitab yaitu Ruth.
Ruth adalah wanita yang mempunyai keteguhan hati dan penuh ucapan syukur dalam menerima setiap situasi yang terjadi. Ruth mengenal Tuhan melalui mertuanya. Dan setelah suaminya meninggal, Ruth memutuskan untuk tidak kembali ke bangsanya yang tidak mengenal Allah, tetapi tetap hidup bersama mertuanya (Ruth 1:16). Tanpa seorang suami dan hidup bersama mertua yang tidak mempunyai apa-apa, tentu tidak mudah. Tetapi firman Tuhan mencatat bahwa Ruth mampu melewati proses yang terjadi dan mengalamin pengenapan janji Tuhan sehingga hidupnya dipulihkan dan diangkat Tuhan. Seringkali banyak orang Kristen gagal untuk hidup dalam ucapan syukur sehingga tidak mengalami pemulihan dan penggenapan janji Tuhan dalam kehidupannya.
Bagaimana Ruth dapat hidup dalam ucapan syukur di tengah kondisi yang sulit?
1. Ruth merendahkan hati (Ruth 2:17)
Untuk mencukupi kebutuhannya dan mertuanya, Ruth tidak malu untuk memungut sisa jelai gandum. Dalam 1 hari, ia mampu mengumpulkan satu efa gandum, yang setara dengan pasokan untuk makan 10 hari (Ruth 2:17). Tentu saja, jumlah ini merupakan berkat luar biasa baginya, sehingga Ruth mengucapkan syukur untuk berkat tersebut. Berkat yang Ruth terima berasal dari kerendahan hati yang dimilikinya.
Saudaraku, firman Tuhan dalam Amsal 22:4 mengatakan bahwa ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan, dan kehidupan. Seperti air mengalir dari tempat tinggi menuju ke tempat yang rendah, begitu pula berkat Tuhan. Dalam situasi dan keadaan apapun, milikilah kerendahan hati. Saat sedang mengalami proses Tuhan, saat sedang direndahkan, saat berada dalam situasi yang tidak baik, Tuhan mengajari kita untuk merendahkan hati. Sebab Tuhan menentang orang yang congkak dan mengasihani orang yang rendah hati (Yak 4:6).
Saat kehidupan kita sudah diberkati, janganlah kita menjadi orang yang lupa diri. Tetapi ingatlah bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan. Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, maka Ia akan meninggikanmu pada waktuya (1 Pet 5:6).
2. Ruth bergantung kepada Tuhan (Ruth 3:15)
Ketika Ruth mencari berkat dengan kekuatan sendiri, ia memperoleh hanya satu efa (untuk makan 10 hari). Tapi ketika dia mendengar nasehat mertuanya untuk beristirahat di dekat kaki Boas, ia menerima enam kali lipat (untuk makan 60 hari). Duduk dekat kaki Boas adalah gambaran hati yang berharap dan mendekat kepada Tuhan, sehingga berkat akan dilipatgandakan. Allah tidak ingin dalam perjalanan hidup ini kita bergantung kepada hasil “keringat” atau kekuatan diri atau usaha sendiri, tetapi bergantung kepada Dia. Supaya kita dapat menerima berkatNya berlipat kali ganda.
Marilah kita hidup dalam pengucapan syukur, dengan memiliki kerendahan hati dan rasa bergantung penuh kepada Tuhan, seperti Ruth. Jauhkan sungut-sungut dan keluh kesah dari mulut kita. Firman Tuhan itu pasti, ya dan amin. Orang yang percaya pada firman Tuhan, dia pasti akan mengalami next level, dan firman itu akan tergenapi dalam kehidupannya.
Tuhan Yesus memberkati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar